Bedah Buku
J u d u l :
Nasionalisme Cinta Iwan Fals
Penulis : Dharmo Budi Suseno
E d i t o r : Widodo
Penerbit : Kreasi Wacana
Cetakan : I, September 2004
T e b a l :
xii + 159 hlm.
Inayat Khan, seorang musisi sufi
dari India mengatakan bahwa musik adalah awal dan akhir sebuah semesta.
Perbuatan dan gerakan yang dibuat di dunia yang kasatmata dan tidak, semua
bersifat musikal. Musik sesungguhnya kehidupan itu sendiri. Dan, Iwan Fals
membuktikan, ia merekam musikalitas kehidupan melalui kekuatan syair yang
diciptakannya.
Siapa tak kenal Iwan Fals? Penyanyi
sekaligus pencipta lagu kelahiran Jakarta 3 September 1961 yang bernama asli
Virgiawan Listanto. Ia merintis kariernya dari bawah, ngamen. Ia tak segan-segan ngamen
dari rumah ke rumah, acara hajatan, sunatan dan sesekali ke pasar kaget
Blok M.
Ia termasuk penyanyi yang kerap
dicekal aparat keamanan, baik kaset maupun pertunjukannya karena lagunya yang
sarat kritik. Tapi semuanya tak menyurutkan nyali untuk menyuarakan ketimpangan
sosial, politik, dan ekonomi yang ia saksikan. Realisme sosial dalam lirik dan
musik Iwan, tampaknya memang khas dia yang terbebas dari pamrih ideologis
pragmatis atau cita-cita sebuah kelompok partai. Semua terlahir dari kesadaran
pribadi yang peka terhadap persoalan kemanusiaan.
Ayah dari Galang Rambu Anarki (alm.),
Annisa Cikal Rambu Bassae, dan Rayya Rambu Robbani yang mengawali karier musik
di akhir tahun 70-an ini memang mengusung idealisme dalam setiap lagunya, yaitu
kritik sosial. Sehingga, ia seakan dianggap sebagai ‘musuh’ bagi rezim Orde
Baru. Toh berpuluh bahkan beratus judul
yang bertemakan perlawanan dan kritik sosial lahir darinya.
Warna musiknya yang oleh para penganut diidentikkan dengan gaya Bob
Dylan, ada benarnya. Bob Dylan tidak sekadar penyanyi atau musisi, tetapi
hakikatnya seorang penyair yang menyanyikan puisinya. Sekalipun dalam buku ini
penulis mengategorikan muatan syair lagu Iwan Fals menjadi empat, yaitu
nasionalisme, kritik atau protes sosial, humanisme, dan cinta.
Bergulirnya reformasi negeri ini diikuti dengan terbukanya keran
kebebasan dan hiruk-pikuk ragam berita tentang carut-marut politik maupun
kriminal. Tak pelak, masyarakat pun mengalami titik nadir kejenuhan.
Dengan sensitivitas yang indah, Iwan Fals menjadikan kenyataan sebagi
Guru. Ia mengajak masyarakat pada satu hal yang mendasar dan sederhana, yaitu
cinta. Meski dalam pengakuannya, ia sudah tak muda lagi, tetapi kondisi ini tak
menyurutkan untuk melantunkan tembang yang bertemakan cinta. Cinta yang saling
mengasihi.
Mungkin sangat tepat kalau dikatakan bahwa Iwan Fals mengajak kita untuk memulai dari diri kita masing-masing. Dengan memercayai nurani kita yang jujur dengan cinta apa adanya. Nurani yang jujur akan membawa pada moral yang jujur dan moral yang jujur akan membawa pada sistem dan hukum yang adil (bahkan pemimpin yang adil). Cinta dalam nyanyian Iwan Fals adalah cinta yang benar-benar memiliki kepedulian terhadap rakyat. Inilah cinta seorang nasionalis.
Mungkin sangat tepat kalau dikatakan bahwa Iwan Fals mengajak kita untuk memulai dari diri kita masing-masing. Dengan memercayai nurani kita yang jujur dengan cinta apa adanya. Nurani yang jujur akan membawa pada moral yang jujur dan moral yang jujur akan membawa pada sistem dan hukum yang adil (bahkan pemimpin yang adil). Cinta dalam nyanyian Iwan Fals adalah cinta yang benar-benar memiliki kepedulian terhadap rakyat. Inilah cinta seorang nasionalis.
Tapi lacak jejak perjalanan dan resensi lagu-lagu Iwan Fals yang
dilakukan penulis dalam buku ini, kiranya masih perlu sentuhan dan keberanian
yang lebih. Semisal mengupas tuntas maksud dari tiap-tiap syair yang diciptakan
Iwan Fals; semacam ‘tafsir’ kata-kata dan kalimat yang terkandung di dalamnya.
Bahkan (menurut saya), penulis perlu bertemu dan wawancara langsung dengan Iwan Fals, sebagai pemilik sah karya-karyanya, agar lebih jauh mengenal sosok legenda hidup. Dengan demikian, akan lebih terasa ‘roh’nya.
Bahkan (menurut saya), penulis perlu bertemu dan wawancara langsung dengan Iwan Fals, sebagai pemilik sah karya-karyanya, agar lebih jauh mengenal sosok legenda hidup. Dengan demikian, akan lebih terasa ‘roh’nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar